Malam menjelang tidur, HP saya berdering. Terdengar suara renyah seorang perempuan berbicara dari Lombok Timur, suara yang sudah saya kenal dengan baik. Tanpa banyak basa-basi dia bertanya,” Pak, kami mohon saran dari Bapak, besok kami mau menyelenggarakan RAT (Rapat AnggotaTahunan) Koperasi, sebaiknya apa nama koperasi kita ini?” Itu kejadiannya sudah 12 tahun lalu, tepatnya di tanggal 26 bulan Desember 2012.
Dan secara spontan saya jawab, “Koperasi Murah Hati.” Saya menjawab spontan itu karena punya dua alasan sederhana. Pertama, karena para pengurusnya sikapnya sangat ramah dan baik hati. Kedua, saya yakin, kalau koperasi dikelola dengan kemurahan hati, dilandasi oleh sikap jujur dan Ikhlas, insya Allah koperasi akan berkembang dengan baik.
Kalau kita telisik lebih jauh, faktanya memang sangat sedikit koperasi di NTB, bahkan di Indonesia yang telah menunjukkan kinerja yang baik. Banyak koperasi yang sudah didirikan, apakah itu Koperasi Unit Desa (KUD) ataupun koperasi yang lain, kondisinya mati suri. Ada kantornya, ada papan namanya, ada nama-nama pengurus dan pengawasnya, tetapi tidak ada aktivitas usahanya. Seperti sebuah makhluk yang sudah mati, tetapi belum meninggal dunia. Ada raganya, tetapi jiwa dan ruhnya sudah mati.
Ada tiga kriteria koperasi bisa disebut sehat, yaitu sehat administrasi, sehat organisasi dan sehat usaha. Tetapi di atas ketiga kriteria tersebut, sesungguhnya ada satu syarat yang justru sangat penting, yaitu kejujuran atau sehat mental pengurusnya. Faktor kejujuran inilah menurut saya, yang sangat menentukan koperasi bisa berhasil. Mau bukti ?
Koperasi Murah Hati inilah bukti kongkritnya.
Koperasi Murah Hati ini didirikan untuk membantu para pengrajin Ingke yang ada di Desa Montong Baan Selatan, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Ingke adalah sebuah produk kerajinan berbentuk piring, nampan, keranjang buah ataupun tas, yang bahannya terbuat dari lidi kelapa. Ingke merupakan industri rumahan yang dibuat oleh para perempuan, dan hasilnya setidaknya mampu menyumbang pendapatan keluarga.
Berapa modal awal koperasi Murah Hati pada saat awal berdiri Desember 2012 ? Pada saat itu kami hanya membantu dana hibah sebesar Rp 18 juta rupiah. Dana sebesar itu dimaksudkan untuk melayani simpan pinjam anggota sebanyak 20 orang. Artinya jika dana itu dipinjamkan secara merata kepada semua anggota, setiap anggota bisa mendapatkan pinjaman 500 ribu – 900 ribu/orang.
Berapa modal Koperasi sekarang ?
Hari Minggu, 5 Januari 2025 kemarin, saya diundang untuk menghadiri Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang ke 13. Dan tahukah anda, berapa nilai aset uang yang dimiliki oleh koperasi sekarang ? Sudah mencapai Rp 871 juta bersih. Itu artinya jumlahnya sudah melesat 47 kali lipat selama 12 tahun. Dengan jumlah anggota sekarang mencapai 87 orang, saat ini koperasi sudah mampu memberikan layanan pinjaman ke anggota sampai 70 juta rupiah/orang. Kepala Dinas Koperasi Lombok Timur sendiri mengakui, Koperasi Murah Hati sebagai koperasi yang sehat dan mandiri.
Bagaimana dengan profil pengurusnya, siapakah sesungguhnya mereka? Badan Pengurusnya dua orang perempuan dan seorang laki-laki, dua orang perempuan satu sebagai ketua dan satunya bendahara, dan satu laki-laki sebagai sekretaris. Apakah pendidikan mereka tinggi? Tidak, ketua pengurusnya lulusan SMP, bendaharanya lulusan SD, dan sekretarisnya lulusan SMA. Apakah modal menjadi besar karena ada bantuan dana pihak lain? Juga tidak ada, nilai asset yang dimiliki sekarang berasal dari dana hibah 18 juta dari Lembaga Transform dan perputaran hasil simpan pinjam. Dan satu lagi, mereka tidak punya kantor khusus, sebagaimana layaknya koperasi lainnya.
Mengapa bisa berhasil? Ya, karena mereka memiliki kejujuran, keikhlasan dan murah hati dalam mengelola koperasinya. Kejujuran itulah modal sesungguhnya yang dibutuhkan agar koperasi menjadi sehat, sehat dalam pemaknaan harfiahnya, sehat wal afiat, bukan sehat dalam pengertian administratif. Karena sehat administratif bisa mudah untuk dimanipulasi.
Saat RAT dilaksanakan, sebagian besar anggota yang hadir adalah perempuan, mereka menampakkan wajah ceria, penuh senyum dan tawa. Mereka begitu percaya dengan pengurusnya, tidak ada kata protes, sehingga rapat berjalan dengan sangat rileks dan penuh kekeluargaan. Rapat ditutup dengan pembagian SHU (THR kalau sebutan anggota), kepada semua anggota yang hadir. Setiap anggota yang pulang membawa SHU antara Rp 300.000– Rp 500,000 per orang. Nilai yang tentu saja lumayan besar untuk ukuran mereka.
Keyakinan saya sebelumnya, bahwa mengelola koperasi yang didasari sikap dan prinsip murah hati akan membawa keberhasilan, ternyata telah teruji kebenarannya. Selamat kepada Pengurus Kopinkra Murah Hati, atas keberhasilannya mengelola koperasinya dengan sangat baik, dan oleh karena itu kalian layak mendapatkan sertifikat penghargaan dari Direktur Transform dan Kepala Dinas Koperasi Lombok Timur.
Oleh: Prof. Markum, Direktur Transform