Transform bersama 9 NGO lainnya di Indonesia yang tergabung dalam Konsorsium VICRA (Voice for Inclusiveness Climate Resilience Actions) melalui dukungan Kedutaan Besar Belanda melaksanakan proyek “Memperluas Ruang Publik untuk Sinergi dan Kolaborasi Aksi Ketahanan Iklim yang Inklusif”. Proyek ini memiliki nilai penting mengingat sebagian besar wilayah Indonesia sangat rentan terhadap bencana terutama yang diakibatkan oleh perubahan iklim. Dalam rangka meminimalisir potensi kejadian bencana, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembangunan berketahanan iklim (PKBI) pada periode 2020-2045. Dalam implementasinya, kebijakan ini akan diterapkan pada berbagai aksi baik dilakukan oleh Kementerian maupun Pemeriintah Daerah.
Sebagai contoh, daerah yang akan diintervensi diantaranya Sumatra Barat, Lampung, NTB, NTT. Empat wilayah ini memiliki kerentanan yang cukup tinggi salah satunya pada sektor pertanian yang berpotensi mengalami kerugian sebesar Rp 9,16 triliun dan ini merupakan tingkat potensi penurunan produksi padi masuk kategori tinggi. Dengan masalah tersebut, maka upaya meningkatkan keterlibatan masyarakat sipil dalam penerapan PKBI di sektor pertanian khususnya komunitas petani dan kelompok rentan. Ini perlu dilakukan agar mereka dapat berperan dalam pembangunan sehingga tercipta pembangunan yang inklusif.
Sebagai bentuk respon terhadap dinamika tersebuat maka Proyek VICRA hadir untuk memperkuat suara dan aksi masyarakat sipil termasuk kelompok rentan dalam perubahan iklim melalui program “Voice for Inclusiveness Climate Resilience Actions “. Program ini digagas oleh PATTIRO bersama dengan Konsorsium CSO yang terdiri dari TRANSFORM, KONSEPSI, LP2M, PKBI Sumatera Barat, Bengkel APPeK, Yayasan Ayo Indonesia, Mitra Bentala, YPPS, dan YKWS.
Dalam implementasi Proyek VICRA di Nusa Tenggara Barat, kabupaten yang menjadi pilot project TRANSFORM berada di Kabupaten Lombok Tengah. Kabupaten ini dipilih karena posisi strategis dimana sumber daya lahan baik pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan kelautan sangat menunjang ketersediaan pangan masyarakat NTB. Selain itu, Lombok Tengah juga saat ini sebagai magnet pariwisata Indonesia dengan berkembangnya KEK Mandalika sebagai salah satu destinasi yang menjadi lokasi Sirkuit Mandalika untuk gelaran MotoGP Dunia. Tentunya proyek ini akan berkontribusi terhadap ketersediaan dan keberlanjutan produksi pertanian dalam arti luas. Pencapaian output dalam proyek ini akan dilakukan selama 30 bulan yang menghasilkan beberapa output diantaranya 1) meningkatnya pengetahuan terkait perspektif GESI dan penganggaran pemerintah, 2) meningkatnya kapasistas dalam advokasi isu perubahan iklim, 3) Adanya mekanisme akuntabilitas aksi berketahanan iklim, serta 4) adanya komitmen memberi pelayanan publik berketahanan iklim baik ditingkat provinsi maupun kabupaten.
Sampai saat ini, beberapa kegiatan yang telah berjalan di Kabupaten Lombok Tengah diantaranya koordinasi dengan Bappeda, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, BPBD, serta Diskusi tematik dengan NGO (Berugak Desa). Melalui proses diskusi dengan para pihak, akhirnya ditetapkan 1 desa di Kabupaten Lombok Tengah yaitu Desa Marong, Kecamatan Praya Timur sebagai desa pilot proyek berketahanan iklim.
Seiring dengan itu, koordinasi antara Transform dengan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah terus dilakukan sebagai langkah nyata dalam pencapaian output program maupun kontribusi proyek dalam pencapaian RPJMD Kabupaten Lombok Tengah. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, tentunya ini seiring dengan pencapaian SDGs Pilar 13 yaitu Mengambil Tindakan Cepat Untuk Mengatasi Perubahan Iklim dan Dampaknya. Proyek VICRA sejalan dengan upaya meningkatkan kesadaran dan memasukkan langkah-langkah kebijakan dan strategi di tingkat daerah. Proyek ini merupakan langkah kongkrit pencapaian SDGS menyadari perubahan iklim sebagai bagian dari 17 tujuan global dalam agenda pembangunan berkelanjutan 2030. (TRANSFORM – Alfian Pujian Hadi)