DI KILOMETER 99 Inisiasi Penyediaan Air Bersih di Dusun Bagek Luar Desa Sambelia

Beberapa orang ibu-ibu dengan wajah kusam duduk di antara deretan bak dan ember kosong dekat bak penampungan air. Seorang ibu sambil menyusui anaknya menunggu giliran disamping antrian beberapa ember dan bak. “Napi tegaweq bu?” (apa yang sedang dikerjakan bu?), saya menyapanya. Salah seorang mereka menyahut sambil tertawa “jangkente anteh aiq pak, mene wah pak, aiq sulit” (sedang menunggu mendapatkan air pak, beginilah pak, air sulit). Lalu saya bertanya “berembe kanak-kanak saq sekolah no, endekne mandi jarine lamun lalo sekolah ?” (gimana dengan anak-anak sekolah, tidak mandi kalau pergi kesekolah). Salah seorang menjawab “lamune lalo sekolah cukup beseraup doang pak, kadang telu jelo endekne mandi” (kalau anak-anak pergi sekolah cukup dengan cuci muka saja, terkadang mereka tidak mandi sampai tiga hari). Begitulah penggalan dialog saat kami mengunjungi loka-si program tahap II di Dusun Bagek Luar.

Dusun tersebut salah satu dari 4 dusun yang ada di Desa Sambelia Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Dusun Bagek Luar didiami sekitar 400 kepala keluarga (KK). Untuk menuju lokasi tersebut jarak yang ditempuh dari kantor Transform tepat 99 kilometer. Jalan menuju lokasi berupa jalan aspal dan kondisinya cukup bagus karena Dusun tersebut berada di pinggir jalan besar. Pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat dan kadus memberikan gambaran bahwa perkampungan di dusun tersebut sebagian berada di tanah negara yakni berada di dalam kawasan hutan lindung. Praktis rumah mereka tidak memiliki sertifikat kepemilikan tanah. Sumber mata pencaharian masyarakat sebagian besar dari sawah dan ladang dengan pengairan tadah hujan. Pola tanam masyarakat hanya padi dan jagung. Sumber pendapatan lain dari mencari kayu bakar, mencari madu dan sebagian menjadi tukang ojek, supir dan berdagang di kampung.

Permasalahan utama dusun tersebut yakni kurangnya air bersih untuk warga. Pemenuhan air bersih, hanya mengandalkan jaringan perpipaan yang diambil dari air permukaan sungai Sambelia. Namun kenyataannya air yang mengalir ke perkampungan tidak mencukupi kebutuhan masyarakat karena volume air yang mengalir sangat kecil. Menurut Amaq Mahnim mantan Kadus Bageq Luar “uwah laek arak sak cobaq kaliq sumur, laguq sampe seket meter kedalem endekne araq aik” (sudah banyak yang mencoba untuk membuat sumur gali, namun sampai kedalaman 50 meter belum ada air yang keluar)” ungkapnya. Praktis di dusun tersebut tidak ada sumur gali sebagai sumber air bersih alternatif meskipun masyarakat sudah bertahun-tahun kekurangan air.

Menentukan Lokasi Program

Desa Sambelia ditetapkan sebagai lokasi program tahap II, dilakukan setelah berkoordinasi dengan PT Sadhana Arifnusa yang sebelumnya melakukan pengembangan tanaman turi di beberapa tempat salah satunya Desa Sambelia. Pertengahan bulan Juli 2010, Tim Transform berkunjung ke Desa Sambelia untuk menyampaikan permakluman tentang kemungkinan Lembaga Transform melakukan pemberdayaan masyarakat. Kunjungan tersebut sembari mencari informasi profil desa dan wilayah pengembangan pohon turi.

Pada tanggal 30 November 2010 tim Transform berkunjung kedua kalinya. Pertemuan tersebut diterima oleh Kepala Desa (Kades), Sekdes dan Kadus Dasan Bagek Luar untuk mengkomunikasikan lebih lanjut ten-tang rencana pengembangan program. Pada pembicara-an tersebut Kades menyampaikan beberapa permasala-han krusial yang dihadapi antara lain kebutuhan untuk perbaikan jalan-jalan usaha tani di sejumlah dusun dan minimnya penyediaan air bersih bagi warga di salah satu dusun. Kades mengharapkan Lembaga Transform dengan dukungan PT HM Sampoerna Tbk, dapat membantu dalam mengatasi kekurangan suplai air bersih di dusun Dasan Bagek Luar. Menurut Kades sudah cukup lama warga kekurangan air bersih dan sampai saat ini belum bisa teratasi. Pada hari itu juga tim Transform bersama Kadus kemudian mengunjungi Dasan Bagek Luar dan bertemu dengan Pak Arbi Susanto dan Pak Dedi yang merepresentasikan tokoh masyarakat setempat. Setelah berdialog beberapa saat, kemudian diajak berkeliling kampung untuk melihat langsung kondisi beberapa bak air dan sistem distribusinya. Menurut Pak Arbi terdapat 51 bak penampungan air di dusun tersebut. Dari pantauan tim, hampir semua bak penampungan air kosong dan sebagian besar tidak terawat, ke-mudian jaringan perpipaan banyak yang rusak dan dilubangi secara ilegal oleh warga.

Senin, 6 Desember 2010, tim Transform (Mukhtar, Mamiq Awung, Mbak Anik dan Fathurahman) kembali berkunjung untuk melihat lebih dekat kehidupan warga terutama dalam mendapat-kan air. Saat kami berkeliling kampung kami bertemu dengan beberapa ibu-ibu duduk mengantre air dengan sejumlah ember kosong berjejer menunggu giliran men-dapatkan air. Di tempat yang lain juga melihat sejumlah bak air yang kosong, sejumlah selang untuk mendistri-busikan air dari bak penampungan ke rumah-rumah tampak kosong dan tidak terawat.

Memulai dari Perencanaan Bersama Masyarakat Kami tetap memandang masyarakat secara objektif terlepas dari kami membawa program untuk mereka. Prinsipnya, masyarakat melihat dan merasakan permasalahan mereka. Tentunya mereka telah berupaya untuk mengatasi permasalahannya. Jikapun masalah tersebut belum teratasi banyak hal yang harus dicermati secara mendalam, tanpa harus mencari kesalahan dan kelemahan mereka. Bagaimana dan darimana memulai dilapangan disitulah dibutuhkan pengalaman dan nilai penting lembaga pendampingan masyarakat. Untuk itulah kami mencoba membangun komunikasi dengan aparat desa, kadus dan tokoh masyarakat untuk merumuskan darimana memulai untuk mendampingi masyarakat keluar dari permasalahannya.

Langkah awal kami dengan mensosialisasikan rencana program pendampingan masyarakat sembari mengajak warga untuk merencanakan bersama dan menggali inisiatif warga dalam mengatasi masalah. Menentukan waktu yang tepat untuk berkumpul dengan masyarakat tidak semudah yang dibayangkan. Untuk menentukan waktunya kami berkoordinasi dengan Kadus, RT dan sejumlah tokoh masyarakat, lalu kami bersepakat untuk melakukan sosialisasi program yang dirangkai dengan perencanaan komunitas.

HASIL PERENCANAAN KOMUNITAS

Perencanaan Komunitas dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 Desember 2010, di Basecamp Transform di Dusun Dasan Bagek Luar Desa Sambelia. Peserta yang hadir yakni Sekdes, Kadus, Kader kesehatan, semua Ketua RT, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan perwakilan masyarakat miskin dan tim Transform. Kegiatan ini fokus pada pembahasan tentang permasalahan dan upaya pemenuhan air bersih. Untuk memulai diskusi fasilitator dari Transform memberikan kesempatan masing-masing peserta menyampaikan permasalahan dan gagasannya.

  1. Medan yang terjal
  2. Mekanisme penempatan jaringan perpipaan yang tidak tepat
  3. Sistem distribusi dan pemanfaatan yang tidak teratur
  4. Kelembagaan pengelolaan air belum optimal
  5. Sistem penggunaan air yang tidak terkontrol
  6. Ketidakadilan dalam distribusi dan pemanfaatan air
  7. Masyarakat tidak kompak Untuk mengatasi permasalahan,

peserta menyepakati beberapa upaya sebagai berikut :

  1. Diperlukan survey awal jaringan perpipaan pada hari selasa, 14 Des 2010
  2. Diperlukan survey teknis jaringan perpipaan dengan melibatkan tenaga ahli.
  3. Dalam proses pembangunan jaringan air bersih masyarakat sanggup berswadaya dengan tenaga kerja dan Batu.
  4. Mencari informasi lebih lanjut tentang kemungkinan penggunan Water meter.
  5. Warga perlu diberikan pembekalan tehnis
  6. Sosialisasi yang lebih intensif ke masing-masing RT
  7. Melakukan kunjungan belajar (studi banding) tentang pengelolaan air bersih.

Suvey Teknis Bersama Masyarakat

Menindaklanjuti hasil perencanaan komunitas, kemudian dilakukan survey teknis dua kali yakni pada tanggal 15 dan 25 Desember 2010. Survey teknis melibatkan sejumlah masyarakat setempat dan tim Transform. Khusus pada survey tanggal 25 Desember 2010, melibatkan Pak Jarno selaku tenaga ahli dari PDAM Kabupaten Lombok Timur. Hasilnya yakni :

  1. Jaringan perpipaan dari titik pengambilan (Intake) sampai batas akhir pipa pelayanan sepanjang 3500 meter.
  2. Mekanisme pengambilan air pada titik intake tidak menggunakan sistem galeri yang umum digunakan oleh PDAM. Mekanisme yang digunakan saat ini kurang menjamin keberlanjutan dan keamanan karena rentan kemasukan lumpur sehingga tidak memenuhi standar kesehatan. Selain itu rentan terjadi kerusakan dan hanyut saat terjadi banjir.
  3. Sistem pemasangan jalur perpipaan tidak disesuaikan dengan elevasi. Pada beberapa titik jalur perpipaan cenderung lebih tinggi dari titik intake sehingga mempengaruhi volume dan laju aliran air.
  4. Terdapat perbedaan ukuran pipa (over shock) dari sebelumnya ukuran 4 inch di pipa atas disambungkan dengan pipa ukuran 3 inch pada pipa distribusi. Akibatnya volume air yang dialirkan dari pipa 4 inch tidak berpengaruh terhadap debit air yang di distribusikan ke warga.
  5. Sepanjang jalur perpipaan tidak ada bak penampungan (reservoir). Akibatnya air yang dialirkan tidak tertampung sehingga pada waktu-waktu puncak pemakaian air sebagian besar warga yang berada diarea bawah tidak mendapatkan air.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kami merencanakan fokus program pada pendampingan kelembagaan masyarakat. Pada proses pendampingan, diupaya beberapa inisiasi bersama masyarakat yakni :

  1. Kegiatan fisik yakni pada perbaikan sistem distribusi air. Kegiatan ini meliputi
    • perbaikan sistem pengambilan di intake melalui sistem galeri;
    • perbaikan jalur pemasangan perpipaan dengan menyesuaikan elevasi;
    • pembangunan reservoir atau bak penampung.
  2. Kegiatan non fisik yakni
    • perbaikan sistem kontrol pemakaian air melalui water meter secara swadaya;
    • pelatihan tenaga teknis untuk pemeliharaan jaringan perpipaan dan
    • revitalisasi kelembagaan Kelompok Pemakai Air (KPA).

(Mukhtar S. Mukti)